Powered By Blogger

Iklankan Barangan Anda Disini.

Selasa, 25 Disember 2012

Doa Yang Tidak Ditolak


Doa Yang Tidak Ditolak
Berdoa adalah suatu yang amat penting dalam kehidupan. Allah menyuruh kita berdoa seperti terdapat dalam al-Quran:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al Baqarah: 186)
Ada beberapa situasi berdoa yang tidak ditolak oleh Allah dan ada doa yang dijanjikan akan dimakbulkan. Berikut ini ialah beberapa keadaan iaitu doa tidak ditolak:
Doa Tidak ditolak
Berdoalah ketika hujan kerana waktu itu doa mustajab: “Dua doa yang tidak pernah ditolak; doa ketika waktu adzan dan doa ketika waktu hujan”. (HR. Hakim/disahihkan oleh Adz-Dzahabi)
Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. telah bersabda, “Tiga orang yang tidak ditolak doa-doa mereka. Seorang yang berpuasa sehingga dia berbuka, seorang imam (pemerintah) yang adil dan doa daripada seorang yang dizalimi. Allah s.w.t. akan mengangkatnya ke atas awan dan terbuka pintu-pintu langit dan Allah s.w.t. akan berkata, “Demi kemuliaanKu, pasti Aku akan menolong kamu walaupun selepas beberapa ketika” (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmizi. Menurut Tirmizi, bertaraf hassan. Menurut As-Suyuthi, bertaraf hassan. Menurut Al-Albani bertaraf daif)
Sabda Rasulullah; “Sesungguhnya bagi orang berpuasa – ketika berbukanya – doa yang tidak akan ditolak.” [Riwayat Ibnu Majah dari Abdullah bin 'Amru bin al-'As]
Berikut ini ialah doa-doa yang dijanjikan makbul:
Doa Yang Dimakbulkan
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu‘anhu, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda yang maksudnya:
“Tuhan kami Tabaraka wa Ta‘ala turun tiap-tiap malam ke langit dunia ketika tinggal satu pertiga akhir waktu malam berfirman: “Barangsiapa yang berdoa kepadaKu maka Aku akan mengabulkannya baginya, barangsiapa meminta kepadaKu maka Aku akan memberinya, barangsiapa memohon keampunanKu maka Aku mengampuninya.” (Hadis riwayat Bukhari)
Diriwayatkan daripada Abu Umamah Radhiallahu ‘anhu berkata, telah ditanya Rasulullah s.a.w.  yang maksudnya: “Doa apakah yang lebih didengar (dikabulkan)?” Nabi bersabda: “(Doa tatkala) satu pertiga terakhir malam dan sesudah solat fardu.”(Hadis riwayat Tirmidzi)
Malam Lailatulqadar. Firman Allah di dalam surah Al-Qadr ayat 3-5 yang tafsirnya :
“Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, turun para malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun berikut). Sejahteralah malam (yang berkat itu) hingga terbit fajar.”
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda. Artinya: “Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. [Sahih Muslim, kitab Solat bab Nahi An Qiratul Qur'an fi Ruku' wa Sujud 2/48]
Dan Amr bin Ibnu Abasah mendengar Nabi s.a.w. bersabda: “Tempat yang paling mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya adalah waktu ia dalam sujudnya dan jika ia bangun melaksanakan solat pada sepertiga malam yang akhir. Kerana itu, jika kamu mampu menjadi orang yang berzikir kepada Allah pada saat itu maka jadilah.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan di-sahihkan oleh At-Tirmidzi, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, dan Al-Albani).
Dipetik dari : http://rahsiarezeki.wordpress.com/tag/doa/

Rabu, 14 November 2012

Salam 1434 Hijrah ~*~Hamba-hamba Melahirkan Tuannya antara tanda-tanda Kiamat~*~

     Assalamualaikum dan salam sejahtera kpd semua rakan-rakan pelawat blog saya.Selawat dan salam ke atas junjungan mulia Nabi Muhammad saw,kerabat baginda,sahabat-sahabat,para tabie dan pejuang-pejuang yang syahid di kala berjuang ingin menegakkan agama Allah swt.Bersempena awal Muharam 1434 Hijrah,saya kongsikan satu risalah berkaitan dengan tanda-tanda kiamat,kerana lebih 1433Hijrah yang lalu,Allah swt telah mengutuskan seorang Rasul akhir zaman,Ini bermakna,Bumi kita telahpun di peringkat akhir,Semakin lama temoh kewafatan Rasulullah saw,semakin dekat kita dengan Kiamat.Banyak yang telah kita dengari tanda-tanda akhir zaman yang telahpun berlaku.Dikesempatan ini saya kongsikan salah satu dari tanda-tanda tersebut.
    Dari Abu Hurairah,bahwa Rasulullah saw pada suatu hari sedang ada di kalangan orang banyak,lalu didatangi oleh Jibril,lalu berkata,”Ya Rasulullah!Bilakah tibanya hari kia mat?”Beliau menjawab,”Tidaklah yang ditanya lebih meng erti daripada yang bertanya.”
Tetapi saya hendak memberi tahukan padamu tentang alamat-alamatnya yaitu apa bila hamba sahaya wanita melahirkan tuannya,orang-orang tak beralas kaki,serta telanjang dan pengembala kambing telah menjadi pemimpin umat.Demikian pula apabila para pengembala kambing sudah bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang menjulang tinggi,termasuk dari tan da-tandanya.”
Ibn Abbas meriwayatkan jawaban Rasulullah saw terha dap pertanyaan tersebut,“Jika kau melihat hamba sahaya melahirkan tuannya,kau lihat penggembala kambing berm megah-megah membangun gedung yang tinggi,dan kau li hat orang-orang yang tak beralas kaki yang lapar lagi mis kin menjadi pemimpin manusia,maka itulah tanda-tanda kiamat”.Ibn Abbas bertanya : “Ya Rasulullah,siapa peng embala kambing dan orang-orang yang tak beralas kaki, lapar dan miskin itu?” Jawab beliau,“Orang Arab”.( Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya I,hal.318-319. Syekh Nashir berkata setelah menyebut sanadnya,“Sanadnya laba’ sa bihi (harfiah: tidak apa-apa,tidak bermasalah)”.Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah,III,hal.332,no.1345.)
 Ibn Rajab mengomentari hadits di atas sebagai berikut : “Inti tanda-tanda kiamat yang disebut dalam hadits itu ada lah bahwa urusan diserahkan kepada yang bukan ahli nya sebagaimana sabda Nabi saw terhadap orang yang menanyanya tentang kiamat,‘Jika urusan diserahkan ke pada yang bukan ahlinya,tunggulah kehancurannya’.Jika orang-orang yang tak beralas kaki,telanjang serta peng gembala kambing,yang merupakan orang-orang bodoh, menjadi pemimpin manusia dan orang-orang kaya,sehing ga mereka bermegah-megahan dengan gedung-gedung yang tinggi,maka sistem agama dan dunia akan rusak”.( Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam,hal.39.)
Semua ini disebabkan kecintaan akan dunia danber lom ba-lomba mengejar kenikmatan duniawi sehingga orang-orangpun saling berbangga diri dengan meninggikan ba ngunan mereka dan menghiasinya,padahal dunia tidak                  akan abadi (fana).
Rasulullah SWT berkata kepada Jibril as.tentang tanda-tanda datangnya Hari Kiamat sebagai berikut :“Saya akan memberitahukan kepadamu tentang tanda-tanda nya,an tara lain : Apabila budak perempuan telah melahir kantu annya.”( HR.Al-Bukhari,1/114,dan Muslim,1/158.Kitab Al-Iman.)
Dalam riwayat Muslim disebutkan : “Jika terdapat budak perempuan yang melahirkan tuannya.”( HR.Muslim,1/163.Kitab Al-Iman.)
Maksud dari “hamba sahaya melahirkan tuannya”,menu rut para ulama,adalah pemberitahuan akan banyaknya hamba sahaya dan anak-anaknya,sebab anak hamba sa haya dari tuannya berarti sederajat dengan tuannya,kare na harta seseorang jatuh keanaknya.Bisa jadi,si anak menggunakan harta itu seperti seorang pemilik dengan iz in secara jelas dari ayahnya,atau secara tersamar,atau berdasarkan adat kebiasaan.Pendapat lain menyatakan, maksudnya adalah bahwa para hamba sahaya melahir kan raja-raja.Jadi ibunya menjadi pengasuh nya,dan si anak ja di tuan ibunya dan tuan selain ibunya. (Syarah An-Nawawi ‘Ala Muslim I,hal.158.)
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna dari tan da-tanda hari Kiamat tersebut.Secara ringkas,maksudnya adalah banyak anak yang durhaka.Seorang anak berinte raksi dengan ibunya seperti interaksinya seorang tuan ke pada budak perempuannya yang diwarnai dengan kekera san dan pukulan,atau para tuan menjual ibu dari anak-anak (budak perempuan) mereka sehingga bisa jadi akan berakibat seorang anak membeli ibunya sendiri sedang kan si anak tidak mengenal ibu tersebut.
Semua ini telah terjadi.Telah banyak hamba sahaya men jadi orang merdeka dengan kepemilikan sumpah (mil kul yamin).Secara syariat diketahui bahwa anak-anak yang lahir dari hamba sahaya menjadi seorang merdeka. De ngan demikian,hamba sahaya melahirkan tuannya,dan se bagian mereka ada yang menjadi raja.


Sumber dari : http://katir-paimo.blogspot.com/2012/09/tanda-tanda-kiamat-5-hamba-sahaya.html

Sabtu, 15 September 2012

.S.A.H.A.B.A.T.

Sahabat yang beriman.
Ibarat mentari yang menyinar.....
Sahabat yang setia.
Bagai pewangi yang mengharumkan.....
Sahabat yang sejati.
Menjadi pendorong impian.....
Sahabat berhati mulia.
Membawa kita ke jalan ALLAH.............

Khamis, 13 September 2012

Warna-warNi meRdekaraYa Radicare (M) sdn bhd Cawangan HSNZ

 Cendol Special....
 Barisan MBO menunggu ketibaan Pn COO
 Pn COO
 Disinilah tempatnye...
 Pn Umira ,Cik Liyana & Pn Masreza
 Tn Hj Azman RGM mengiringi Pn COO utk acara potong kek
 En Hidaya menyampaikan duit raya kpd anak-anak yatim

 Orang kuat Radicare
 Bersama En Ahmad Faizal
 Bersama Ahmad Fuad
Bersama Ahli Kumpulan Nasyid SeedRain.












Saya Hadiahkan Bingkisan ini sebagai tanda kenangan...KLIK sini untuk menontok video menarik ini.

Selasa, 7 Ogos 2012

MATI itu PASTI




"Sesungguhnya dlm kehidupan ini ada manusia yang mati sebelum datang ajalnya, kerana masa yang ada dalam kehidupannya itu sama sekali tidak memberikan manfaat dan faedah samada bagi dirinya ataupun orang lain, sementara itu ada manusia-manusia yang terus hidup meskipun ajalnya telah sampai menjemput, kerana masa yang ada dalam hidupnya berjaya digunakan untuk melakukan perkara-perkara yang berfaedah sama ada untuk dirinya atau masyarakat ramai berupa warisan ilmu pengetahuan, anak-anak soleh atau para murid yang bertaburan di pelbagai tempat untuk melanjutkan misi perjuangan atas dunia ini. Perjuangan yang berlanjutan itu menjadikan seolah-olah ia masih hidup dan bergerak dibuka bumi, meskipun jasadnya sudah lama dikandung tanah”

[Dr. Yusuf Qardawi

Sabtu, 21 Julai 2012

Ramadhan Tetamu Yang Aku RINDUI 1433/2012

Saya hanya mampu Copy & Paste je artikel kali ini memandangkan terlalu sibuk dengan urusan-urusan rasmi.

DENGAN nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mentadbir sekalian alam. Selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w, penghulu segala Nabi dan Rasul. Selawat dan salam juga ke atas keluarga baginda dan seluruh sahabatnya. Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang yang beriman! Diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas mereka yang terdahulu daripada kamu supaya kamu bertaqwa kepada Allah.” alBaqarah: 183 Ayat ini menjelaskan bahawa matlamat terpenting dari ibadah puasa bukan sahaja semata-mata ibadat, tetapi termasuk jugalah mentarbiyahkan diri seseorang yang beriman supaya menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Taqwa merupakan penentuan kedudukan martabat manusia di sisi Allah SWT, kerana Allah SWT tidak menentukan kedudukan manusia berdasarkan kepada keturunan, bangsa, warna kulit, pangkat dan harta benda tetapi ditentukan dengan sifat taqwa yang ada pada diri masing-masing.

Walaupun kita seorang kaya ataupun kita miskin, sama ada kita orang berkuasa atau tidak berkuasa, ia bukan ukuran kedudukan kita di sisi Allah SWT. Ini jelas berdasarkan firman Allah SWT di dalam al-Quran, yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di kalangan kamu di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa.” Ibadah puasa melahir dan mentarbiyah seseorang yang beriman supaya menjadi orang yang bertaqwa kepadaNya, kerana di bulan Ramadan amalan meninggalkan perkara-perkara yang membatalkan puasa dan membatalkan pahala puasa adalah secara praktikal, melatih seseorang itu bertaqwa kepada Allah dengan mengikut segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya. Dari segi amalan yang zahir, seseorang yang berpuasa diwajibkan meninggalkan makan minum, pergaulan dengan isteri, meninggalkan apa yang dihalalkan pada masa yang lain, dan menjadi sebahagian naluri
manusia yang bertaqwa. Tetapi perkara yang menjadi perintah supaya meninggalkannya di waktu siang hari di bulan Ramadan.

Apabila seseorang manusia itu sanggup meninggalkan perkara yang
dihalalkan oleh Allah di masa yang lain semata-mata kerana taat kepada Allah, dengan mengerjakan ibadah puasa dan meninggalkan perkara-perkara
yang membatalkan, dengan sendirinya melatih dirinya menjadi orang yang
taat dengan sifat taqwa kepada Allah Taala.

Sesungguhnya dari segi rohani dan hak orang yang berpuasa mestilah dengan niat yang ikhlas kerana Allah SWT. Keikhlasan melalui ibadah puasa lebih terserlah dari ibadah-ibadah yang lain kerana ibadat puasa wajib disembunyikan dan tidak dinyatakan. Ibadat yang lain lebih bersifat dinyatakan.

Orang nampak kita bersembahyang, tetapi orang tidak nampak kita berpuasa, semasa kita tidak makan, tetapi seorang yang berpuasa sanggup
meninggalkan perkara yang membatalkan puasa sama ada dilihat oleh orang
atau tidak. Di sini menyerlahkan keikhlasan, beribadat kepada Allah yang
melahirkan sifat taqwa, yang tersirat di dalam hati, bukan dari amalanamalan
yang zahir.

Di antara adab puasa juga ialah meninggalkan perkara-perkara yang boleh membatalkan pahala walaupun tidak membatalkan puasa, melihat yang
haram, bercakap yang haram dan sebagainya yang merupakan tegahantegahan yang baik yang berkait dengan akhlak yang buruk yang tersirat di dalam hati. Dengan melaksanakan kewajipan ini juga, melahirkan sifat taqwa kepada Allah.
Seterusnya di bulan Ramadan, kita dihidangkan dengan amalan ibadat sunat yang banyak seperti membaca Quran, sembahyang Tarawih, menjamu berbuka puasa, bersedekah makanan kepada orang yang berbuka puasa. Amalan-amalan ini juga adalah amalan-amalan yang membentuk peribadi samada yang menghubungkan kita dengan Allah atau hubungan kita dengan sesama manusia, keluarga dan jiran.
Menunjukkan bahawa di bulan mulia ini kita menjadi tetamu Allah SWT dihidangkan dengan makanan-makanan, bukan sahaja makanan zahir yang
menyihatkan badan untuk menguatkan diri melaksanakan perintah Allah, dalam masa yang sama makanan-makanan rohani yang membersihkan jiwa
dan mengikhlaskan hati sehingga membentuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah. Di sinilah terserlah kenyataan Allah, di hujung ayat yang menyatakan wajib berpuasa, supaya kamu menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah.



Dipetik dari : https://www.facebook.com/abdulhadiawang

Sebelum saya mengundur diri,saya tinggalkan satu bingkisan yan tidak seberapa ini.....


Selasa, 29 Mei 2012

Kelebihan Bulan Rejab

 
Assalamualaikum pembuka kata.... 
Selawat & Salam keatas junjungan mulia baginda Nabi Muhammad saw,Para kerabat,sahabat seterusnya rakan-rakan seperjuangan yang lain.Sudah lama jari jemari saya tidak menari di keyboard ini dek kerana terlalu sibuk dengan tugasan harian.Dikesempatan ini saya ingin mengucapakan Tahniah kepada sahabat saya saudara Ustaz Irham & isteri Khadijah kerana telah dikurniakan zuriat sulong pada bulan yang mulia ini yakni bulan Rejab.Bila sebut bulan Rejab ini,maka banyaklah kelebihan-kelebihan yang akan di perolehi kepada sesiapa yang mengisi sisa kehidupannya sepanjang bulan ini,disini saya kongsikan  sedikit sebanyak tentang bulan rejab.

BULAN REJAB MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN DAN AS-SUNNAH

Pengenalan

1. Rejab ertinya “Mulia”. Bulan Rejab adalah bulan mulia. Ia diberi nama sedemikian kerana bangsa Arab dahulu sangat memuliakan bulan ini dengan 4 cara iaitu: -

(i) Tanggal 1hb Rejab mereka menyembelih anak unta sebagai qurban.

(ii) Tanggal 1hb Rejab mereka akan membuka pintu Ka’abah siang dan malam agar dapat beribadah dengan sepuasnya.

(iii) Tanggal 10hb Rejab mereka kembali menyembelih qurban tetapi tidak lagi anak unta. Amalan ini telah dibatalkan setelah datangnya Islam.

(iv) Bulan diharamkan berperang, setelah datangnya Islam amalan ini juga telah dibatalkan.

2. Tanggal 27hb Rejab berlakunya peristiwa penting dalam kehidupan Rasulullah SAW iaitu Isra’ dan Mi’raj. Terdapat khilaf di kalangan ulama’ mengenai tarikh sebenar berlakunya peristiwa ini tetapi jumhur ulama’ bersepakat menerima ianya berlaku pada 27hb Rejab. Tarikh berlakunya Isra’ dan Mi’raj tidaklah penting tetapi umat Islam wajib meyakini bahawa peristiwa ini benar-benar berlaku ke atas tubuh mulia Rasulullah SAW berdasarkan dalil qatie dari al-Quran dan hadis-hadis sahih.

3. Pada bulan ini juga berlakunya peperangan Tabuk pada tahun 9 Hijrah iaitu peperangan terakhir yang disaksikan oleh Rasulullah SAW.


Bulan Rejab Menurut Al-Quran

Al-Quran tidak menyebut secara khusus mengenai bulan Rejab dan kelebihannya melainkan terdapat dua surah yang menyentuhnya secara tidak langsung iaitu surah al-Baqarah (ayat 194 dan 217) dan surah at-Taubah (ayat 2, 36 dan 37). Di antara dalil al-Quran ialah firman Allah SWT yang bermaksud:-

“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati,…”
(Al-Baqarah: 194)

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antara 4 bulan haram ¹ …”
(At-Taubah: 36)

Ulama berselisih pendapat kenapa bulan-bulan ini (bulan Zulkaedah, Zulhijjah, Muharram dan Rejab) dinamakan bulan haram. Pertama, dikatakan bahawa ia disebabkan kebesaran kehormatannya, sebagaimana besarnya dosa yang dikira jika dilakukan dalam bulan itu.

Ibn Abbas berkata bahawa sesungguhnya Allah mengkhususkan keempat-empat bulan itu, sebagaimana ganjaran besar untuk amalan soleh yang dilakukan dalam bulan itu.

Kedua, dikatakan juga ia dinamakan bulan haram lantaran pengharaman peperangan dilakukan dalam bulan itu dan ia dalah amat dikenali pada masa jahiliyah dan dikatakan juga ia dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim a.s.

(1) Maksudnya antara lain ialah: bulan haram (bulan Zulkaedah, Zulhijjah, Muharram dan Rejab)

(2) Dikatakan juga oleh ulama bahawa keempat-empat bulan itu dinamakan haram berikutan pengharaman peperangan disebabkan ibadah haji dan umrah yang dilakukan dalam bulan haram itu. Bulan Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharram adalah tiga bulan yang berturutan. Maka, diharamkan bulan Zulkaedah lantaran bakal haji melakukan perjalanan ke Makkah dalam bulan itu. Bulan Zulhijjah disebabkan ibadah haji dilakukan dalam itu dan bulan Muharram pula mereka yang mengerjakan ibadah haji akan kembali ke tempat masing-masing. Pengharaman ini bagi membolehkan mereka yang mengerjakan haji berasa aman terhadap keselamatan diri. Rejab pula diharamkan lantaran ibadah umrah dilakukan dalam bulan itu pada pertengahan tahun.


Bulan Rejab Menurut As-Sunnah

Berdasarkan dalil al-Quran jelas menunjukkan bahawa bulan Rejab termasuk dalam bulan-bulan yang sangat dimuliakan atau dipanggil juga Al-Ashhur Hurum. Perlu ditegaskan bahawa melakukan puasa dalam bulan-bulan ini adalah dituntut (mandub). Ada hadis yang menyebut bahawa Rasulullah SAW menyuruh para sahabat melakukan puasa sunat dalam bulan Al-Ashhur Hurum. Berpuasa dalam bulan Rejab adalah dituntut tetapi tiada satu hadis sahih yang mebuktikan bahawa berpuasa pada hari-hari tertentu dalam bulan Rejab akan mendapat ganjaran istimewa.

Dalam satu riwayat datang seorang lelaki dari Bahilah datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya, “Ya Rasulullah, saya adalah lelaki yang datang menemui anda pada tahun pertama” Ujar Nabi SAW, “Kenapa keadaanmu telah jauh berubah padahal dahulunya kelihatan baik? Kata lelaki itu, “Semenjak berpisah dengan anda, saya tidak makan hanyalah di waktu malam” Maka tanya Rasulullah SAW “Kenapa kamu seksa dirimu?” Lalu sabdanya “Berpuasalah pada bulan sabar – yakni bulan Ramadan dan satu hari dari setiap bulan!” Tambahlah buatku kerana saya kuat melakukannya! Ujar lelaki itu. “Berpuasalah dua hari! Sabda Nabi. “Tambahlah lagi!” Mohon lelaki itu pula. Maka Nabi SAW bersabda “Berpuasalah dalam bulan suci (haram) lalu berbukalah! (kemudian diulangi sebanyak tiga kali) sambil mengucapkan itu Nabi SAW memberi isyarat dengan jari-jarinya yang tiga, mula-mula digenggam lalu dilepaskan” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah dan Baihaqi dengan sanad yang baik).

Berpuasa dalam bulan-bulan haram iaitu empat bulan, tiga bulan berturut-turut (Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharram) dan satu bulan berasingan (Rejab) adalah sebaik-baik bulan untuk berpuasa selepas Ramadan. Sebaik-baik bulan haram ialah Muharram diikuti dengan Rejab dan seterusnya. Keempat-empat Imam Mazhab sepakat mengatakan bahawa berpuasa dalam bulan haram sangat dituntut namun adalah makruh memilih bulan Rejab sahaja untuk berpuasa.

Terdapat satu hadis yang bertaraf hasan menceritakan bahawa Rasulullah SAW telah berpuasa (di dalam bulan Rejab) lebih banyak daripada bulan Sya’aban dan bila ditanya, baginda menyatakan, kerana ia (Rejab) bulan pengampunan di antara Rejab dan Ramadan. Ada sebahagian masyarakat berpuasa berturut-turut (Rejab, Sya’aban dan Ramadan) di ketiga-tiga bulan. Ini bukannya dari Rasulullah SAW, bukan dari sahabat dan salafussoleh. Yang terlebih baik ialah berpuasa sebahagiannya atau berpuasa selang sehari dan bukan berterusan. Inilah sunnah Rasulullah SAW.


Perselisihan Pendapat Mengenai Hadis-Hadis Berkaitan Kelebihan Bulan Rejab


Memang terdapat banyak hadis yang menyebut secara khusus mengenai kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam bulan Rejab. Ulama berselisih pendapat sama ada hadis-hadis ini boleh diterima untuk diamalkan atau ditolak berdasarkan penilaian hadis-hadis yang diklasifikasikan sebagai dha’if, sangat dha’if dan maudhu’ (palsu). Sebahagian ulama dan para pendakwah masa kini mengambil sikap berhati-hati dan sebahagiannya menolak hadis-hadis ini dan melarangnya disampaikan kepada masyarakat. Di antara contoh hadis-hadis mengenai bulan Rejab yang adalah seperti berikut: -

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud; “Rejab bulan Allah, Sya’aban bulanku (Nabi Muhammad SAW), Ramadan bulan umatku”.

(Hadis ini dikatakan mun’kar bahkan dianggap maudhu’ dan tiada padanya nilai ilmiah yang boleh dipertanggungjawabkan)

“Dalam syurga ada sebuah sungai bernama Rejab, airnya lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu. sesiapa berpuasa dalam bulan Rejab, nescaya diberi minum air sungai itu”.

(Hadis ini juga dhai’f)

“Sesiapa berpuasa sehari dalam bulan Rejab, sama seperti ia berpuasa sebulan. Sesiapa berpuasa 7 hari nescaya ditutup daripadanya 7 pintu neraka Jahannam. Sesiapa berpuasa 8 hari, nescaya dibuka 8 pintu syurga”. (Hadis ini dha’if)

Perbahasan: Penentuan sesuatu hadis sama ada ianya sahih, hasan, dha’if dan sebagainya disebabkan oleh perawi (pembawa)nya. Ini memerlukan satu perbincangan yang panjang. Kita bersetuju bahawa apabila sesuatu hadis yang hendak disampaikan oleh seseorang penceramah, beliau hendaklah menyebut kedudukan hadis tersebut dan siapa yang meriwayatnya. Perlu dijelaskan di sini bahawa adalah tidak patut hanya disebabkan hadis itu dha’if, maka ia perlu diketepikan dan ditolak mentah-mentah. Hadis dha’if adalah tetap hadis dan ia bukannya maudhu’. Penilaian ulama terhadap perawi sesuatu hadis adalah berbeza-beza. Seseorang ulama hadis mungkin menilai hadis itu dha’if atau maudhu’ pada kajiannya sahaja akan tetapi kepada ulama hadis yang lain ia tidak begitu. Sekiranya seorang atau dua ulama yang menilai sesuatu hadis itu dha’if tidaklah sampai menjejaskan hadis tersebut. Mungkin di antara perkara ganjil yang terdapat di dalam hadis yang dianggap dha’if ialah besarnya ganjaran pahala yang dijanjikan apabila kita melakukan sesuatu amalan yang dianggap sedikit. Perkara ini janganlah dijadikan persoalan kerana ganjaran yang besar itu hanya pada anggapan akal fikiran kita sahaja tetapi ianya adalah kecil di sisi Allah SWT yang Maha Kaya dan Maha Pemurah untuk hamba-hambaNya yang sentiasa mencari dan mengharapkan rahmat serta keredhaanNya.

Selain berpuasa di bulan Rejab, kita dianjurkan memperbanyakkan berdoa’, solat sunat, berselawat, bersedeqah, beristighfar, membaca al-Quran dan berzikir. Dalam kitab Raudhoh Imam Nawawi ada menyebutkan “Malam awal Rejab mustajab doa’nya”.

Marilah sama-sama kita merebut peluang-peluang keemasan yang terdapat dalam bulan Rejab ini dengan memperbanyakkan amalan kebaikan. Namun begitu, setiap amalan mestilah bersandarkan kebenaran dan tidak terkeluar dari batas yang dibenarkan termasuk mengelakkan diri daripada melakukan perkara-perkara bid’ah.

Wallah hu’alam bissawab.



Khamis, 10 Mei 2012

Apakah Ciri-Ciri SAHABAT yang BAIK???





Rasulullah saw pernah berpesan: “Agama seseorang itu terletak di atas agama atau jalan yang dipilih oleh rakannya”. Oleh itu kita hendaklah berhati-hati dalam memilih siapa yang harus dijadikan sahabat. Apakah ciri2 sahabat yang baik ? Seorang bijak pandai berpesan kepada anak lelakinya: “Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:
# Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu;
# Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas balik persahabatan kamu;
# Jika engkau memerlukan pertolongan daripadanya, dia akan membantu kamu;
# Jika engkau menghulurkan sesuatu kebaikan kepadanya, dia akan menerimanya dengan baik;
 # Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu;
# Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu, dia akan menutupnya;
# Jika engkau meminta bantuan daripadanya, dia akan mengusahakannya;
# Jika engkau berdiam diri (kerana malu hendak meminta), dia akan menanyakan kesusahan kamu;
# Jika datang sesuatu bencana menimpa dirimu, dia akan meringankan kesusahan kamu;
# Jika engkau berkata kepadanya, nescaya dia akan membenarkan kamu;
# Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan membantu kamu; dan
# Jika kamu berdua berselisih faham, nescaya dia lebih senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan.



Dipetik dari:http://fitryna.wordpress.com/

Share button

Share |

Pengikut